life - travel - thought - journal

Menunggu Matahari Terbit di Anggrek Lounge Stasiun Tugu

on
Thursday, June 7, 2018
Berkunjung ke Yogyakarta naik kereta? Sampai di Stasiun Tugu pagi-pagi buta? Mau ke penginapan, tapi belum buka? Tenang saja! Kini kamu bisa menunggu pagi dengan nyaman di Anggrek Lounge!



Sekarang bukan hanya bandara saja yang punya executive lounge, stasiun kereta juga punya. Executive lounge pertama milik stasiun kereta ini diresmikan pada 22 April 2017 lalu oleh PT KA Pariwisata di Stasiun Tugu Yogyakarta. Executive lounge ini diberi nama Anggrek Lounge.

Anggrek Lounge beroperasi pada pukul 16:00 sampai 10:00. Jadi tempat ini cocok untuk beristirahat bagi kamu yang sampai di Stasiun Tugu tengah malam atau dini hari, juga bagi kamu yang punya jadwal berangkat pada jam-jam tersebut.

Menurut informasi yang saya baca, untuk bisa masuk Anggrek Lounge ini dikenakan biaya 50.000 rupiah selama masa promosi dan selanjutnya akan menjadi 65.000 rupiah. Tapi saat saya ke sana akhir April 2018 kemarin, ternyata harganya masih 50.000 rupiah. Wah, lama juga ya, masa promosinya. 😁

Dengan harga tersebut, lounge ini menyediakan fasilitas yang beragam seperti WIFI, TV, musola, toilet, majalah, serta makanan berat dan snack. Berkapasitas sekitar 100 orang, lounge ini terasa sepi saat saya sampai pukul 03.30 pagi. 



Tempat duduk yang tersedia bervariasi. Mulai dari sofa kulit hingga kursi bar tinggi. Lumayan, saya bisa meluruskan badan sejenak setelah duduk di kereta selama 9 jam.




tempat meluruskan kaki dan punggung

Setelah beberapa menit memejamkan mata, saya mulai melihat-lihat makanan yang disediakan. Masih terlalu pagi untuk sarapan, saya memutuskan untuk menyeduh secangkir teh. Bersama dispenser air panas terdapat juga dispenser berisi jus jeruk yang berwarna oranye nan menggoda.




Saya melihat-lihat makanan yang disediakan. Ada nasi dan beberapa lauk yang tidak terlalu menarik. Selain itu ada juga beberapa jenis jajanan pasar dan roti tawar. Untuk makanannya… Hmm, tolong jangan berharap terlalu banyak ya. Ayam dan tempenya dingin, rasanya pun jauh dari istimewa. Mungkin makanannya dimasak dari siang ya, kan lounge ini buka dari pukul 4 sore. Saya gak terlalu ambil pusing sih soal makanan ini. Yang penting perut terisi aja lah. Masih ada beberapa makanan yang lain, tapi saya gak tertarik.


Habis solat subuh saya pingin bikin roti bakar. Saya belum pernah nyoba pakai toaster jadi nggak ngerti tapi saya juga malas nanya ke mas-masnya jadi saya sok tau aja. Dua kali percobaan, hasilnya sama: gagal makan roti bakar. 😆 


Yang paling saya sayangkan dari lounge ini cuma satu sih. Sebel banget saat baca tulisan “toilet bukan untuk mandi”. Iya, karena isi toiletnya benar-benar cuma wastafel dan kloset. Jadi ya gak bisa mandi. Padahal ukuran toiletnya cukup besar untuk dipasangi shower.



Kenapa ya gak boleh mandi? Padahal lounge ini buka di waktu dini hari, asumsi saya sih orang-orang yang kesini memang niatnya untuk menunggu pagi datang. Supaya tidak perlu keluar stasiun saat hari masih gelap. Alangkah menyenangkan kalau keluar stasiun sudah siap beraktivitas, bukan? Tapi ternyata di sini malah tidak bisa mandi.

musola kecil hanya muat untuk dua orang

Kalau dilihat dari harga 50.000 untuk masuk lounge ini, saya lebih melihatnya sebagai biaya istirahat di ruangan yang nyaman aja sih. Karena ruangannya bebas asap rokok, full AC, dan kita bisa duduk bahkan selonjoran di kursi empuk. Untuk makanannya dianggap bonus aja ya 😅. Untuk toilet dan musola sih gak masuk hitungan karena toh di luar lounge juga ada.

Saya bisa bilang gitu karena terasa banget bedanya waktu saya balik ke stasiun ini sore harinya untuk pulang ke Bandung. Di luar lounge itu susah banget cari tempat duduk plus gerahnya Jogja ya ampun.

lampu antik yang mengingatkan pada tahun 2013 (?) 

Oh iya! Waktu mau pulang ini saya jadi sadar area yang ditempati Anggrek Lounge itu dulunya ruang tunggu bebas loh, yang siapa saja boleh duduk.  Tahun 2013 saya pernah juga ke stasiun Tugu dan saya mengagumi ruang tunggunya yang bergaya sangat ‘Jogja’. Tentunya dulu gak ada fasilitas macam-macam dan gak ada temboknya juga. Sedangkan sekarang kalau kita gak masuk lounge,  gaya sangat ‘Jogja’-nya jadi gak terasa. 😕

Jadi gimana nih kesimpulannya? Recommended gak sih Anggrek Lounge ini? 

Kalau mau coba sih, silakan banget! Apalagi kalau kasus kamu sama kayak saya, yang sampai stasiun pagi buta sedangkan baru ada acara pukul 7 atau 8 pagi. Tapi ya itu tadi, jangan berharap banyak sama makanannya dan yang perlu dicatat: gak bisa mandi!

-dra-

9 Tahun Bersama Twitter

on
Tuesday, May 15, 2018
Pagi ini, sebuah notifikasi muncul di laman twitter saya. Hari ini adalah hari jadi @dehaiyan yang ke-9, katanya.


Mari kita kilas balik ke sembilan tahun yang lalu, 14 Mei 2009.

Hari itu kira-kira seorang Dhiyan yang berusia empat belas tahun sedang santai-santai karena baru selesai Ujian Nasional SMP.  Tahun 2009 itu memang the year of social media deh kayaknya. Setelah bikin akun Facebook di akhir 2008, tahun 2009 saya bikin beberapa akun di media sosial lain. Pokoknya semua yang yang berbau jejaring sosial didaftar deh waktu itu.

Tahun 2009 itu belum zaman ponsel pintar. Sudah ada sih, tapi ya belum se-dimana-mana sekarang. Jadi dulu main media sosial itu ya di komputer atau laptop. Kalau  mau ngobrol sama teman lewat medsos, maka akan saling sms dulu, "OL yuk!" 😁

Seiring berjalan waktu, ternyata twitter menjadi yang paling bertahan diantara media sosial lainnya, setidaknya untuk saya. Facebook sudah lama banget ga diupdate, Plurk malah cuma bertahan sekitar setahun sejak dibuat. Friendster mah udah ke laut dari kapan kan? 

Sejak 2012 saat smartphone sudah marak, muncul berbagai media sosial baru yang berbasis aplikasi. Karena aksesnya yang dalam genggaman, tentu medsos-medsos ini jadi lebih populer dan lebih hype aja karena masih baru. Aplikasi yang paling populer di antaranya ada Instagram, Path, dan Snapchat. Ohiya sama status di home Line juga.

Sebelum twitter punya aplikasi, kalau mau twitteran di HP itu harus pakai browser. Bisa langsung di mobile.twitter.com atau di web-web lain yang memfasilitasi. Favorit saya dulu itu m.tweete.net karena di sana ada button khusus untuk RT alias retweet. Kamu tahu kan dulu kalau mau retweet itu ya "RT"-nya harus di ketik manual? 😆

Saya pernah bilang ke teman saya kalau saya cinta banget sama twitter. Lebay ya hahahaha. Tapi memang begitu adanya. Kenapa? Karena twitter memfasilitasi saya yang suka ngomong sendiri! #horor.

Menurut saya twitter adalah sebaik-baiknya media sosial. Karena buat saya fungsi medsos yang paling utama selama ini adalah untuk ngomong sendiri hahaha. Hampir sama lah kayak blog ini. 😆 Kayaknya gak perlu dijabarkan ya kenapa saya suka twitter karena takutnya malah jadi membandingkan dengan medsos lain. 😜

Saat Instagram, Path, dan Snapchat lagi ramai-ramainya, terasa banget kalau Twitter (bersama Facebook) mulai ditinggalkan. Ada masanya saya buka timeline dan isinya hanya @infobdg, @2pmalways, dan akun-akun official lainnya. 

Entah apa yang membuat twitter kembali hidup setahun belakangan. Banyak banget teman saya yang tiba-tiba ngetwit lagi "hai twitter", "wah udah lama gak buka twitter", "wow masih ada kehidupan di sini", dan semacamnya.

Nah yang bikin saya amazed adalah.... ternyata saya gak pernah ninggalin twitter! #lebaypart2. Saya udah scroll-scroll profil saya dan emang loh saya dari dulu selalu ngetwit minimal sebulan sekali. Sedangkan teman-teman yang merasa "balik" ke twitter itu memang tweet terakhirnya rata-rata tahun 2015! #pentingbanget

Mau kasih satu alasan deh kenapa saya suka twitter: karena di twitter saya menemukan banyak hal seru dan bermanfaat! Uniknya, hal-hal ini ditemukan secara random. Biasanya karena saya lihat tweet yang di-retweet atau di-like oleh following saya. Kalau saya penasaran saya akan buka profil orang yang tweet-nya tidak sengaja saya baca itu.

Yang pertama ada @fiksimini. Saya nemu akun ini udah lama, sekitar tahun 2009/2010. Akun ini adalah tempat orang-orang bikin cerita fiksi dalam satu buah tweet. Jadi admin akan memberi tema yang setiap hari ganti-ganti. Nanti followersnya akan bikin cerita sesuai tema dari admin. Kalau ceritanya bagus akan di-retweet! 

Dulu satu tweet itu hanya 140 karakter dan itulah yang bikin fiksimini seru! Saya pernah bikin dan di-retweet, sekali doang sih. Waktu itu temanya musik.

Nah kalau setahun belakangan, saya nemu banyak akun yang suka share hal-hal atau pengetahuan yang unik, yang kalau gak nemu di twitter kayaknya gak bakal pernah dengar tentang hal itu ataupun berniat cari tahu tentang hal itu.

Contohnya @MoniqueAubrey yang cerita tentang Stockholm Syndrome dan nama-nama perabotan di IKEA, @yoyen yang cerita tentang asal usul kota Depok, @LadyZwolf yang share tentang mealprep, daaaaaaan lain-lain.

Selain itu saya juga nemu banyak akun blogger yang kemudian mengantarkan saya pada perkenalan dengan @BloggerPerempuan. Dari sana nemu lebih banyak lagi blog bagus dan sekarang jadi sering blogwalking lagi. Hingga akhirnya sekarang saya mulai semangat ngeblog lagi!

Terus terus…di twitter tuh perkembangan isunya dinamis bangetttt. Dalam satu waktu seringkali kita bisa dapat dua sudut pandang sekaligus. Contohnya ada tweet viral yang mengeluhkan cara basa-basi orang Indonesia sama teman yang lama gak ketemu, yang bagi sebagian orang kurang menyenangkan. Tau kan ya maksudnya? Nah, gak lama setelah itu tiba-tiba muncul tweet tandingannya, seperti ini.


Contoh lain ada yang pernah bikin utas (thread), katanya instagram bisa menangkap suara lewat microphone di handphone kita. Banyak banget tuh yang retweet. Kemudian ditepis sama orang lain yang punya pengalaman kerja langsung sama orang-orang instagram.





Seru banget kannn? Terlepas dari pihak mana yang benar dan mana yang salah, saya senang karena bisa dapat informasi dari banyak sisi.

Banyak juga hal random nan lucu. Contohnya satu aja ya, kayak yang ini.
Perkembangan dari internal twitter juga menurut saya bagus sih, jarang yang bikin mau protes “kenapa sekarang twitter jadi gini?” Contohnya ya fitur thread itu tadi. Fitur ini memungkinkan kita bikin semacam artikel berfaedah di twitter. Kayak “Kumpulan hotel instagrammable di Bandung” atau “Kuliner yang harus dicoba kalau ke Solo”.

Negatifnya twitter tentu ada juga. Yang marak akhir-akhir ini, muncul threads dari user dengan nama alias kayak utas adora-hilman atau sugar daddy hnm, yang abis dibaca tuh rasanya…… “Astaga, ngapain sih gue barusan?! Buang-buang waktu banget ckckck.” Perasaan yang muncul abis baca utas semacam itu tuh mirip sama perasaan yang muncul waktu dulu sekali-kalinya nyobain main Omegle HAHAHAHA.

Udah ah, segitu dulu cerita tentang Twitter-nya. Semoga ada manfaatnya hahaha.

Kalau kamu gimana? Masih main Twitter, nggak?

-dra-

Singapore Trip Day 3 & 4 : Universal Studio Singapore + Wings of Time

on
Saturday, March 17, 2018

Halo semuanya~ selamat datang kembali di blognya Dhiyan!

Sekarang mau cerita tentang hari ketiga dan keempat di Singapura! Kok, pakai bahasa Indonesia? Biar cepet selesai nulisnya.

Jadi dua artikel sebelumnya saya bikin dalam rangka latihan nulis pakai bahasa Inggris. Kebetulan kemarin mau ikut tes TOEFL. Juga karena memang sudah lama banget gak belajar maupun menggunakan bahasa Inggris lagi. 😣

Kemudian kemarin saya baru baca satu artikel tentang SEO (search engine optimization) yang akhirnya bikin saya ngerti, setidaknya ada langkah-langkah paling simple yang bisa diterapkan langsung di blog pribadi. Salah satunya berkaitan tentang keyword alias kata kunci. Kalau mau artikel kita muncul di mesin pencarian dengan keyword bahasa Indonesia, maka artikelnya ya lebih baik dalam bahasa Indonesia. Ini kesimpulan ngasal pribadi, sih. Tapi kira-kira begitu.

Alasan utamanya sih tetep, biar cepet selesai nulisnya.

Day 3 : Universal Studio + Wings of Time

Hari ketiga ini jadwal kami jalan-jalan di Sentosa Island! Ada apa aja sih di Sentosa Island? Wah banyak banget deh. Kan memang pulau ini dibuat khusus untuk wisata, jadi isinya tempat wisata semua. Ada Universal Studio, Madame Tussaud’s Museum, S.E.A. Aquarium, Adventure Cove Waterpark, dan banyak lagi.

Untuk ke pulau ini kita perlu naik MRT ke stasiun Harbour Front, lalu keluar di exit Vivo City. Dari Vivo City dilanjutkan dengan naik monorail Sentosa Express ke Pulau Sentosa.

Terus, kami ke mana aja di Pulau Sentosa?

Pertama tentunya ke Universal Studio Singapore! Hari itu kami semangat berangkat pagi-pagi banget bahkan saat masih gelap, takut keburu penuh orang. Dan berhasil, sampai sana masih sepi banget bahkan loket tiketnya belum buka. Kami sampai jam 8 padahal loket baru buka jam 9. Tapi nggak apa-apa karena ini lah saatnya foto-foto, ya kan?

Bahkan air-airnya belum nyala

Tiketnya sungguh kyut



Setelah dapat tiket kami antre untuk masuk. Dari antre masuk aja udah seru banget. Jadi orang-orang itu emang udah antre sebelum gerbangnya dibuka untuk nonton opening ceremony-nya. Nah waktu gerbangnya dibuka, semuanya masuk sambil lari dan teriak-teriak gembira gitu seru bangetttt! 😁

Belum apa-apa, di bagian depan langsung disambut Battlestar Galactica, roller coaster versus terbesar di dunia. Saya tentunya gak mau naik. Bukan gak berani loh tapi ya gak mau aja, gak suka, hahaha. Intan ragu-ragu mau naik tapi akhirnya gak jadi (bukan karena saya pengaruhi loh ya). Dadah juga gak naik karena gak mau sebelahan sama orang lain, lagian sebelumnya dia udah pernah naik sih. Jadilah yang naik cuma Lela dan Icus. 😅



#timjagatas

Terus kami naik wahana Transformers. Ini wahana 3D yang ceritanya kita jadi salah satu robot gitu terus berantem sama penjahatnya. Seru lah lumayan apalagi buat penggemar film Transformers #youdontsay.

Abis itu masuk ke Revenge of The Mummy. Ih amit-amit ya kirain wahana 3D juga, taunya ini roller coaster indoor terus ada animasi mummy-nya. Keselllll aku hahaha. 😑😑😑😑 Tapi udah terlanjur antre ya udah lah pasrah.


Ada lebih dari dua puluh wahana di sini. gak cuma wahana yang bisa ‘dinaikin’ (rides) tapi banyak juga wahana ‘show’ yang kitanya nonton aja. Waktu itu kami nonton show When I Grow Up, Donkey Live, Madagascar Boogie, dan Shrek 4D Adventure. Paling seru nonton When I Grow Up, ini show Sesame Street tentang cita-cita, lucuuu dan terakhirnya ada hujan confetti warna-warni~~



Wahana-wahana seru lain tuh Enchanted Airways, Canopy Flyer, Puss in Boots’ Giant Journey, dan Jurassic Park Rapids Adventure™. Sebenarnya mayoritas wahana di sini tuh roller coaster semua, cuma beda-beda bentuk dan temanya aja jadi pengalaman waktu naik pun beda-beda! Terus entah gimana naik wahana di sini tuh gak bikin pusing sampe pucat gitu. Waktu naik ya serem sih tapi udahannya tuh biasa aja, sisa serunya doang. 😊

Baca juga: Jungleland

Yang terakhir kami coba itu Jurassic Park Rapids Adventure™ yang lumayan bikin basah nih. Terus di sebelahnya lihat semacam ruangan-ruangan kecil gitu yang ternyata adalah drying pods. Awalnya excited mau coba tapi akhirnya “udahlah langsung ganti baju aja” setelah tau kalau harus bayar 5 dollar ahahahaha.

Gambar dari rwsentosablog.com

Kalau cuma muter-muter doang nih, USS itu gak berasa besar banget gitu. Padahal ukurannya 20 hektar, lho. Yang saya perhatiin sih, gak terasa besar karena area masing-masing wahana itu tertutup. Dari luar cuma kelihatan tempat masuknya aja. Dan ukuran satu instalasi wahana sendiri itu besar banget. Jadi kalau udah ikut antrean dan masuk sampai naik wahananya, baru deh sadar tempat ini emang gede banget.



  
Waktu cari info makan siang di sini tempat makannya gak terlalu banyak. Pilihan pun semakin sedikit karena harga 😅 Kami sih gak pusing makan siang apa, yang penting sesuai budget haha jadi beli chicken cutlet bento ini di Gloria Snack Shack. Lumayan loh, 11.5 SGD, enak dan mengenyangkan.


Sekitar jam 5 sore kita udah capek, gak tahu mau naik apa lagi. Udah basah juga, jadi ganti baju deh. Terus solat di musola yang ada di dekat wahana Revenge of The Mummy. Musolanya lumayan, lebih besar dari yang di Garden by The Bay. Setelah itu keluar, bye USS~

Jadwal selanjutnya ialah nonton Wings of Time. Untuk ke sana dari USS kami naik monorail lagi dan turun di Beach Station. Beli tiket 18 SGD udah dapet popcorn dan souvenir!


Wings Of Time merupakan sebuah pertunjukkan yang menggabungkan air mancur, laser, LED, dan kembang api sebagai medianya. Air mancur dibentuk seperti layar untuk pancaran laser dan LED yang menyorot dan menampilkan cerita.

Ceritanya sendiri tentang makhluk ajaib semacam burung bernama Shahbaz.  Shahbaz bersama temannya, Rachel dan Felix, terbang ke masa lalu dan menyaksikan perkembangan dunia seiring berjalannya waktu. Sepulang dari perjalanan tersebut, mereka justru menemukan dan menyadari banyak hal tentang diri mereka sendiri, diantaranya ialah keberanian untuk menjadi seseorang yang lebih dari yang mereka kira (sumber). Wings of Time ditutup dengan pertunjukan kembang api yang heboh. 💥💥💥💥




Oke baru sadar foto-foto hari ketiga ini sedikit banget. Sepertinya kami begitu menikmati bermain dan jalan-jalan jadi fotonya gak banyak. Waktu nonton Wings of Time praktis gak ada foto (kami) sama sekali karena memang sudah gelap. Pulang juga buru-buru takut gak kebagian MRT. Tapi puas banget gak nyesel deh, hehe. Sampai hostel sedih karena besok pulang :’(

Day 4: Belanja (lagi) dan Pulang

Hari ini kami bagi dua tim. Icus-Intan-Lela ke Bugis (atau Little India?) karena mau beli kain lagi #emakemaklyfe sementara saya sama Dahlia balik ke Orchard untuk beli cokelat lagi sama mampir 7/11 beli yakult lagi #foodislyfe. Sekitar jam 12 udah kembali berkumpul di hostel, packing untuk pulang hikssss.

Habis packing dan solat zuhur kami langsung pesan Uber ke Changi. Jelas pesan Uber karena bawaan kami telah beranak pinak. Sengaja berangkat dari siang karena mau jalan-jalan di dalam Changi. Tadinya pingin ke Sunflower Garden yang di terminal 3, tapi gak bisa karena katanya harus punya boarding pass untuk flight di Terminal 3 😞 Jadi ya udah muter-muter aja deh di Terminal 1.

First thing first, makan siang dulu lah! Awalnya saya kepingin nyobain Subway yang belakangan lagi sering banget muncul di drama korea ituuuu. Tau sih ga ada label halalnya, jadi mau kira-kira aja gitu pesan yang isi ikan, hehe. 

Waktu sampai kasirnya, belum sempat bilang apa-apa, langsung “but this is not halal”…. Ya sudah saya menyerah, gak apa-apa gak jadi nyobain yang kayak di drama yang penting terselamatkan dari makanan non-halal. Patut bersyukur mbaknya mau ngasih tau ya padahal awalnya saya mau nekat 😅 Akhirnya beli laksa di food court yang ada label halal-nya.


Penerbangan kami kali ini bukan ke Bandung melainkan ke bandara Soekarno Hatta. Excited dong ya karena saya juga belum pernah ke sini. Kebetulan juga sih, jadi Lela bisa langsung naik taksi ke kostan karena besoknya kan harus kerja. Kami yang ke Bandung pun gampang kok tinggal naik travel. Kenapa kebetulan? Karena beli tiketnya jauh sebelum Lela kerja di Jakarta. 😀

Kabarnya bandara Soetta sudah direnovasi dan jadi bagus ya, tapi itu Terminal 3-nya doang ternyata. Kami dapetnya di Terminal 1 dan ya sungguh biasa aja, masih bagusan Bandara Husein. Kamar mandinya sedikit dan bau 😒sedih deh.

Setelah bagasi lengkap, kami tak lupa makan dulu, pesan travel, lalu pulang ke Bandung~ Huwaaaa kangen kasurku! Tapi besoknya udah pingin ke Garden by The Bay dan naik MRT lagi 😫 Semoga MRT Jakarta cepet jadi yaaa!

Akhirnya selesai juga cerita perjalananku dan teman-teman di Singapura. Semoga bisa ke sana bareng-bareng lagi ya. 😉

Sekian dan terima kasih buat yang sudah baca. Sampai jumpa di cerita selanjutnya~

Bye-bye~



Singapore Trip Day 2 : Merlion Park + Gardens By The Bay + Singapore Flyer

on
Friday, March 16, 2018

We woke up still with the fatigue from the first day, lol. The schedules for the second day was Merlion Park, Gardens by The Bay, and Singapore Flyer. Some of us ate pop mie that brought from Bandung for breakfast. I chose to eat bread which was provided by the hostel.

(Baca juga: Singapore Trip Day 1)

For going to the Singapore’s landmark Merlion, we took MRT to Raffles Place station. From there, we have to walk and walk and walk…. It’s kinda far. And the humid air make it worse.. But the view of downtown stuffed with tall building fascinated me! It’s pretty :D We also passed through The Fullerton Hotel that full of bule lagi sarapan.


Around 9, we finally made it to the Merlion Park just to find it already filled with people :’D Kinda hard to take a decent picture. Apparently there’s nothing to do here aside from taking pictures proving that you were here. Well.

   




Merlion Park was hot and humid, I even sweat, haha. The morning sun, the long walk, and the queue to take a photo combined and made us craving something sweet to drink…. So we stopped by McD (again) nearby. I was not into soda drinks and apparently was still hungry 😐 so I chose to order fish burger while the others ordered float. 🍔🍺

Finally we continued the journey to Gardens by The Bay!!! My most anticipated destination! One of my bucket list was finally checked, yay!


To reach Gardens by The Bay we took MRT to Bayfront station, walked through the underground link way, then crossed the Dragonfly Bridge. Before crossing the Dragonfly Bridge, we mistook an escalator that actually brought us to the kind of porch of Marina Bay Sands (MBS). 😶 But we did obviously not let this opportunity go because we unexpectedly found that it was a good spot to take photos with MBS as the background. 😀

We bought ticket for the two main attractions: Flower Dome and Cloud Forest (28 SGD).

Flower Dome is an indoor conservatory with various exotic plants from around the world. The 1.2 hectares conservatory consists of nine garden: Australian Garden, South American Garden, South African Garden, Californian Garden, Olive Groove, Mediterranean Garden, Flower Field, The Baobabs, and Succulent Garden.





The Flower Fields section displays an arrangement of flowers and decoration that changes throughout the year reflecting different seasons and festivals. It was around Lunar New Year when we visited, so it’s got mainly Chinese ornament like lantern and shrine.


Here we met a family from South Korea and took a picture with the kid.💕 I was  kinda sad when the dad referring us as “imo” to the kid because I thought she should call us “eonnie” instead.

Next, we went to the Cloud Forest. It’s located just right next to Flower Dome. Upon entering, we were welcomed by world’s tallest indoor waterfall at 35 meters man-made mountain. The cool mist from the waterfall made temperature inside Cloud Forest felt cooler than Flower Dome. 






In Cloud Forest, there are diverse tropical plants like ferns, orchids, and pitcher plants. Different from Flower Dome that looks colorful, this conservatory is mostly green, just like real forest. We can witness all of them by walk up to the walking bridges called Cloud Walk and Treetop Walk located up high surrounding the Cloud Forest. 

 

Another attraction you can’t miss is Supertree Groove. This free-admission attraction is a constellation of 12 iconic tree-like vertical gardens measuring between 25 and 50 meters tall. The tree-like vertical gardens are designed with large canopies that provide shade in the day and come alive with a delightful display of light and sound at night.


The supertrees are linked by OCBC Skyway. This is a 128 meters aerial walkway, located 22 meters above the ground (about 16 floors-tall building). This attraction will cost you 8 SGD but you will never regret it, because the fantastic view from up above is like no other.


By the way, the ticket for the skyway is sold separately because it could be not available anytime if the weather is not good. Lucky for us to have a chance to go up, despite the wind was quite strong at that time.

I definitely will go back here when it’s tulip season and gonna stay till dark to watch the light show at Supertree Groove!

The next destination was my special request: Singapore Flyer! (It defeated the other candidate: Madame Tussaud’s Museum). 😍🎡 As an “altitude” junkie I am always attracted to Ferris wheel (ok just call me Ferris wheel junkie) so this former highest Ferris wheel in the world is also on my bucket list since forever.

(Baca juga: Jungleland)

From Gardens by The Bay, it took about 20 minutes to reach Singapore Flyer by foot.

The ticket costs 33 SGD. Whew, this is our second most expensive ticket attraction. 😝

The giant Ferris wheel is surrounded by a building that looks like a mall but it’s very quiet when we arrive. There were a mini food court and benches where we can grab a drink and some snack or maybe just resting for a while.


After gathering back our energy we finally entered the capsule. The 165 meters-tall wheel consists of 28 capsule and each capsule can load up to 28 persons. The time needed to have a full circle is approximately 30 minutes. There is a bench in the middle of each capsule. But isn’t it such a waste to enjoy the ride by sitting?



On every corner of the capsule there are photos and some brief explanations about the area or building that can be seen in the certain direction. For example, if you look at the direction of Marina Bay Street Circuit then on that side of the glass there will be an explanation about that.




It’s only 5 PM when we finished the ride and we had finished our schedule that day, according the itinerary. But we didn’t want to go back straight to the hostel so we decided to go to Bugis Junction. Bugis Junction is an integrated development consist of a shopping mall, an office tower, and a hotel.

It’s Sunday so the shopping mall was super crowded. We were just strolled around then bought some ice cream and had dinner.

This time it’s apple ice cream!

That is for the long Day 2. So exciting! But don’t worry it even got more exciting on Day 3! See you next post~